Kompleks Keraton Jogjakarta

Keraton Yogyakarta terdiri dari beberapa 3 bagian yang terdiri dari komplek depan keraton, kompleks inti keraton dan kompleks belakang keraton. Pada tiap-tiap kompleks keraton Yogyakarta terdapat beberapa bagian kompleks lagi yang di dalamnya ada berbagai bangunan yang memiliki fungsi-fungsi tersendiri. Dab bagi anda yang belum pernah berkunjung ke Keraton Yogyakarta Hadiningrat, berikut akan kami ulas mengenai komplek-komplek yang terdapat di keraton Jogja.

Kompleks Keraton Jogjakarta
Denah Keraton Yogyakarta

Kompleks depan Keraton Yogyakarta

Gladhak-Pangurakan

Gladhjak-Pangurakan merupakan gerbang utama sebagai pintu masuk ke Keraton Yogyakarta dari arah utara yaitu Gapura Gladhag dan Gapura Pangurakan. Kedua gapura ini letaknya depan belakang hanya beberapa meter. Apabila kita lihat, kedua gapura ini tampak seperti pertahanan berlapis.

Pada versi lain menyebutkan ada tiga gerbang yaitu gerbang Gapura Gladag, Gapura Pangurakan Jawi dan Gapura Pangurakan Lebet. Gapura Gladhag dahulu berada di ujung jalan Trikora, namun sekarang sudah tidak ada lagi. Di sebelah selatan bekas Gapura Galadhak sekarang masih berdiri gapura lain dan menjadi gerbang utama di sisi utara, jika akan memasuki keraton dari sebelah utara. Di sebelah selatan Gapura Pangurakan Njawi terdapat lapangan atau yang di sebut dengan Plataran Pangurakan yang sekarang menjadi bagian Jalan Trikora. Di sebelah selatannya masih berdiri Gapura Pangurakan Lebet yang juga masih berdiri.  Dan setelah kita melewati Gapura Pangurakan, para pengunjung akan di temui Alun-Alun ler.

Kompleks Keraton Jogjakarta
Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta


Alun-alun Ler

Alun-alun Ler merupakan sebuah lapangan berumput yang berada di bagian utara Keraton Yogyakarta. Dahulu tanah lapang ini berbentuk persegi dan dikelilingi oleh dinding pagar yang cukup tinggi, namun sekarang dinding ini tidak terlihat lagi kecuali di sisi timur bagian selatan. Dan apabila kita lihat saat ini, alun-alun sudah dipersempit dan hanya bagian tengahnya saja yang tampak, karena di bagian sebelah pinggirnya telah dibuat jalan beraspal yang dibuka untuk umum.

Pada pinggiran alun-alun ditanami dengan sederetan pohon beringin dan di tengah-tengahnya terdapat sepasang pohon beringin yang diberi pagar dan disebut dengan Waringin Sengkeran/Ringin Kurung, dan kedua beringin ini diberi nama Kyai Dewadaru dan Kyai Janadaru. Pada jamannya, selain Sultan yang boleh melewati dan berjalan di antara kedua pohon beringin tersebut hanya Pepatih Dalem yang boleh melewatinya. Alun-alun Lor dahulu digunakan oleh rakyat untuk melakukan Tapa Pepe saat Pisowanan Ageng sebagai bentuk keberatan atas kebijakan pemerintah. Dan pegawai/Abdi Dalem/Kori Keraton akan menemui mereka untuk mendengarkan segala keluh kesah kemudian akan langsung disampaikan kepada Sultan yang sedang duduk di Siti Hinggil.

Pada sela-sela pohon beringin yang ada di pinggir sisi utara, timur dan barat terdapat pendopo kecil yang disebut dengan Pekapalan yang fungsinya sebagai tempat transit dan penginapan bagi para bupati dari daerah mancanegara Kesultanan. Namun bangunan ini sekarang sudah banyak yang beralih fungsi dan sebagian sudah tidak ada lagi. Dahulu di bagian selatan terdapat bangunan yang sekarang menjadi Komplek yang terpisah yaitu Kompleks Pagelaran.

Alun-alun Ler pada zaman dahulu juga digunakan sebagai tempat penyelenggaraan acara dan upacara kerajaan yang melibatkan rakyat banyak, di antaranya adalah upacara Grebeg serta Sekaten atau Watangan, Rampogan Macan (adu manusia dengan Harimau), Pisowanan Ageng dan lain sebagainya. Dan hingga kini pun Alun-alun Ler masih sering digunakan sebagai tempat untuk berbagai acara yang melibatkan masyarakat banyak seperti kampanye, rapat akbar, penyelenggaraan ibadah hari raya Islam, konser musik dan juga digunakan sebagai lapangan sepakbola warga serta tempat parkir kendaraan bagi para pengunjung wisatawan Keraton Yogyakarta.

Kompleks Keraton Jogjakarta
Masjid Gedhe Kauman (Masjid Gedhe Kasultanan Keraton Yogyakarta)


Mesjid Gedhe Kasultanan Keraton Yogyakarta

Kompleks Masjid Gedhe Kasultanan atau Masjid Besar Yogyakarta terletak di sebelah barat Kompleks alun-alun Ler. Kompleks ini disebut juga dengan Mesjid Gedhe Kauman yang dikelilingi oleh suatu dinding yang tinggi. sedangkan pintu utamanya terdapat di sisi timur. Arsitektur bangunan induk berbentuk tajug persegi tutup dengan atap bertumpang 3. Bagi jamaah yang masuk kedalam Masjid Gedhe Kauman terdapat dua pintu utama yang berada di sisi timur dan utara. Di sisi dalam masjid bagian barat terdapat mimbar bertingkat tiga yang terbuat dari kayu, Mihrab dan sebuah bangunan mirip sangkar yang disebut Maksura. Pada serambi masjid berbentuk joglo persegi panjang terbuka. Untuk lantai mesjid induk di buat lebih tinggi dari lantai serambi mesjid dan lantai serambi juga lebih tinggi dari halaman masjid. Pada sisi timur, selatan dan utara mesjid ini terdapat kolam kecil yang pada jaman dahulu di peruntukan bagi orang untuk mencuci kaki sebelum masuk ke masjid.

Pada halaman masjid di tanami dengan pohon tertentu. Di sebelah selatan dan utara halaman masjid terdapat bangunan yang dinamakan Pagongan Ler dan Pagongan Kidul. Pada saat upacara Sekaten, Pagongan Ler di gunakan untuk menempatkan gamelan saketi, Kangjeng Kyai Naga Wilaga. Sedangkan Pagongan Kidul untuk menempatkan gamelan saketi Guntur Madu. Sedangkan di sebelah belakang atau sebelah barat masjid terdapat pemakaman tua.

Kompleks inti Keraton Yogyakarta

Kompleks Pagelaran

Bangunan utama di keraton adalah Bangsal Pagelaran yang dahulu di kenal dengan nama Tratag Rambat. Tempat ini dahulunya di gunakan oleh para punggawa kasultanan yang akan menghadap Sultan pada upacara resmi. Pada saat sekarang ini, selain di gunakan untuk upacara adat keraton, juga bisa di kunjungi oleh para wisatawan. Di sini juga terdapat sepasang Bangsal Pemandengan yang letaknya agak jauh di sebelah timur dan barat Bangsal Pagelaran. Dahulu bangsal ini di gunakan oleah sultan untuk melihat latihan perang di Alun-alun Ler.

Sepasang Bangsal Pasewakan/Pengapit terletak tepat di sisi luar sayap timur dan sayap barat Bangsal Pagelaran. Dahulu tempat ini digunakan oleh para Panglima Kesultanan pada saat menerima pemerintah dari Sultan atau menunggu giliran untuk melaporkan kepada Sultan dan digunakan juga sebagai tempat jaga Bupati Anom Saba. Pada saat sekarang ini tempat ini digunakan untuk tempat pariwisata. Bangsal pengrawit yang terletak di sayap timur bagian selatan Tratag pagelaran, dahulu digunakan oleh Sultan untuk melantik Pepatih Dalem. Dan saat ini di sisi selatan kompleks ini dihiasi dengan relief perjuangan Sultan Hamengkubuwono I dan Sultan Hamengkubuwono IX. Komplek ini juga pernah digunakan oleh Universitas Gadjah Mada sebelum memiliki kampus di bulaksumur.


Siti Hinggil ler

Pada sisi selatan Kompleks Pagelaran terdapat Komplek Siti Hinggil, dimana Komplek Siti Hinggil secara tradisi digunakan untuk penyelenggaraan upacara resmi kerajaan. Di tempat ini pada tanggal 19 Desember 1949 digunakan untuk meresmikan Universitas Gadjah Mada. Kompleks ini dibuat lebih tinggi dari tanah dan sekitarnya dengan jarak 2 jenjang untuk naik. Di sisi utara dan selatan diantara Komplek pagelaran dan Siti Hinggil  juga ditanami dengan sederetan pohon Gayam.
Di kanan dan kiri bawah anak tangga utara Siti Hinggil terdapat dua bangsal yang di sebut dengan Bangsal pacikeran yang digunakan oleh para Abdi dalem Martolutut dan singonegoro sampai sekitar tahun 1926. Kata Pacikeran berasal dari Ciker yang berarti tangan yang putus. Bangunan Tarub Agung terletak tepat di ujung atas jenjang Utara. Bangunan ini berbentuk kanopi persegi panjang dengan empat tiang. Tempat ini dahulu digunakan oleh para pembesar untuk transit dan menunggu rombongannya masuk ke bagian dalam istana. Sedangkan di timur laut dan timur laut terdapat bangsal yang dinamakan Bangsal Kori. Di tempat ini dahulu bertugas AbdiDalem Kori dan Abdi Dalem Jaksa yang bertugas untuk menyampaikan permohonan maupun pengaduan rakyat kepada Sultan.

Kompleks Keraton Jogjakarta

Bangsal Manguntur Tangkil terletak ditengah-tengah Siti Hinggil tepat berada di bawah atau di dalam sebuah Hall besar terbuka yang disebut dengan Tratag Siti Singgil. Bangunan ini merupakan tempat Sultan duduk di atas singgahsananya pada saat acara resmi kerajaan seperti pelantikan Sultan dan Pisowanan Ageng atau pertemuan besar para petinggi kesultanan. Di Bangsal ini juga pada tanggal 17 Desember 1949 Insinyur Soekarno dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia. Sedangkan de sebelah selatan Bangsal Manguntur Tangkil terdapat  Bangsal Witono. Lanatai utama yang lebih besar dari Manguntur Tangkil ini dibuat lebih tinggi. Bangunan ini digunakan untuk meletakkan lambang-lambang kerajaan maupun pusaka kerajaan pada saat mengadakan acara resmi kerajaan.

Di sisi timur Bangsal Manguntur Tangkil juga terdapat bangunan yang bernaman Bale Bang, yang pada zaman dahulu digunakan untuk menyimpan perangkat gamelan sekaten KK Guntur Madu dan KK Naga Wilaga. Sedangkan di sebelah barat Bangsal Manguntur Tangkil terdapat bangunan yang di namakan Bale Angun-angun, yang zamannya merupakan tempat penyimpanan tombak KK Suro Angun-angun.


Kamandhungan Lor

Di sisi Selatan Siti hinggil terdapat sebuah lorong yang membujur ke arah timur serta barat. Pada dinding selatan lorong merupakan dinding Cepuri dan terdapat sebuah gerbang besar yang bernama Regol Brojonolo sebagai penghubung antara Siti hinggil dengan Kamandungan. sedangkan di sisi timur dan barat sisi selatanan gerbang terdapat pos penjagaan. Gerbang ini hanya dibuka pada saat ada acara resmi kerajaan dan pada hari-hari tertentu selalu dalam keadaan tertutup. Untuk dapat masuk ke kompleks kamandungan sekaligus kompleks dalam Keraton sehari-hari melalui pintu Gapura Keben yang berada di sisi timur dan barat Kompleks ini yang masing-masing menjadi pintu masuk ke Jalan Kemitbumen dan Rotowijayan. Komplek kamandungan Ler juga sering disebut dengan Keben karena di halamannya banyak ditanami dengan pohon Keben dan di sini terdapat Bangsal Ponconiti yang berada di tengah-tengah halaman di mana bangunan ini merupakan bangunan utama di Kompleks ini. Dahulu tahun 1812, bangsal ini digunakan untuk mengadili perkara dengan ancaman hukuman mati dan Sultan sendirilah yang akan memimpin pengadilan. Sedangkan versi lain mengatakan bahwa bangunan ini digunakan untuk mengadili semua perkara yang berhubungan dengan keluarga kerajaan. Namun saat ini Bangsal Ponconiti digunakan dalam acara adat seperti Grebeg dan Sekaten. Di sisi selatan Bangsal Ponconiti juga terdapat kanopi besar untuk menerima tamu yang turun dari kendaraannya yang dinamakan dengan Balai Antiwahana. Selain bangunan-bangunan tersebut terdapat juga beberapa bangunan lainnya di kompleks ini.

Kompleks Keraton Jogjakarta
Bangsal Sri Manganti


Sri Manganti

Komplek Sri Manganti terletak di sebelah selatan Kompleks Kamandungan ler yang dihubungkan oleh regol Sri Manganti. Pada dinding penyekatnya terdapat hiasan Makara raksaksa. Di barat komplek Sri Manganti terdapat Bangsal Sri Manganti yang pada zamannya digunakan sebagai tempat untuk menerima para tamu penting kerajaan. Namun sekarang di lokasi ini ditempatkan beberapa pusaka keraton berupa alat musik gamelan dan tempat ini juga difungsikan untuk penyelenggaraan acara pariwisata Keraton.

Komplek ini juga terdapat Bangsal Trajumas yang berada di sebelah timur. Dahulu tempat ini menjadi tempat para pejabat kerajaan saat mendampingi Sultan pada saat menyambut para tamu. Sedangkan versi lain mengatakan, kemungkinan tempat ini menjadi Balai Pengadilan. Sekarang tempat ini digunakan untuk menempatkan beberapa pusaka di antaranya lain berupa tandu dan meja hias. Bangsal-bangsal ini pernah runtuh pada gempa bumi yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah tanggal 27 Mei 2006. Setelah diadakan proses restorasi yang memakan waktu lumayan lama akhirnya pada awal tahun 2010 bangunan ini telah kembali lagi berdiri pada tempatnya semula. Sedangkan di timur bangsal ini terdapat dua pucuk meriam buatan Sultan Hamengkubuwono II yang terlihat mengapit sebuah prasasti berbahasa dan berhuruf Cina. Di sebelah timurnya lagi berdiri Gedhong Parentah Hageng Keraton yang merupakan gedung administrasi tinggi istana. Selain itu di halaman ini juga terdapat Bangsal Pecaosanan Jaksa, Bangsal Pecaosan Prajurit, Bangsal Pecaosan Dhalang serta bangunan-bangunan lain.

Kompleks Keraton Jogjakarta
Kompleks Kedhaton

Kedhaton

Di selatan Komplek Sri Manganti terdapat Regol Donoratomo, dimana regol ini menghubungkan antara Komplek Sri Menanti dan Komplek Kedhaton. Pada muka gerbang terdapat sepasang Arca Raksaksa Dwarapala yang dinamakan Cinkorobolo di sebelah timur dan Bolobuto di sebelah barat serta terdapat pos penjagaan yang berada di sisi timur. Pada dinding penyekat sebelah selatan tergantung lambang kerajaan Praja Cina.

Komplek Kedaton merupakan inti dari pada Keraton Yogyakarta seluruhnya. Di halamannya kebanyakan dilindungi oleh pohon sawo kecik. Komplek ini dibagi menjadi 3 bagian halaman bagian pertama adalah Pelataran Kedaton yang merupakan bagian Sultan, kemudian Keputren yang merupakan bagian istri atau para istri (Selir) dan para putri Sultan. Sedangkan bagian terakhir adalah Kesatrian, yang merupakan bagian putra-putra Sultan. Di komplek ini tidak semua bangunan maupun bagiannya terbuka untuk dikunjungi oleh umum, terutama dari Bangsal Kencono ke arah barat karena merupakan kediaman resmi Sultan dan keluarganya. 

Di bagian pelataran Kedaton yaitu Bangsal Kencono yang menghadap ke timur merupakan balairung utama istana. Di tempat ini sering dilaksanakan berbagai upacara untuk keluarga Kerajaan. Selain itu juga upacara kenegaraan. Pada keempat sisi bangunan ini terdapat Tratag Bangsal Kencana, yang dahulunya digunakan untuk latihan menari. Di sebelah barat Bangsal Kencana terdapat Ndalem Ageng Proboyekso yang menghadap selatan. Bangunan yang berdinding kayu ini merupakan pusat dari istana secara keseluruhan. Di dalamnya disemayamkan pusaka kerajaan berupa Tahta Sultan serta lambang-lambang kerajaan lainnya. 

Sedangkan di utara Ndalem Ageng Proboyekso berdiri Gedhong Jene, yaitu sebuah bangunan tempat tinggal resmi sultan yang bertahta. Bangunan yang didominasi dengan warna kuning pada pintu dan tiangnya di gunakan oleh Sultan Hamengkubuwono IX dan Sultan Hamengkubuwono X. Tempat yang menghadap arah timur ini dijadikan sebagai kantor pribadi, sedangkan tempat tinggal Sultan sendiri bertempat di Keraton Kilen. Di sebelah timur laut gedung Jene berdiri satu-satunya bangunan bertingkat di dalam Keraton yaitu gedung Purworetno. Bangunan ini didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono ke V dan menjadi kantor resmi Sultan. Gedung ini menghadap ke arah Bangsal Kencana di sebelah Selatan. Di sebelah selatan Bangsal Kencana berdiri Bangsal Manis yang menghadap ke arah timur. Bangunan ini dipergunakan sebagai tempat perjamuan resmi kerajaan untuk menjamu para tamu. Saat sekarang, bangunan ini digunakan untuk membersihkan pusaka-pusaka kerajaan pada bulan Suro. Bangunan lain pada tempat ini yaitu Bangsal Kotak, Bangsal Mandalasana, Gedhong Patehan, Gedhong Danartapura, Gedhong Siliran, Gedong Sarangbaya, Gedhongg Gangsa dan yang lainnya. Di tempat ini juga sekarang berdiri bangunan gedung kaca yang difungsikan sebagai museum Sultan Hamengkubuwono ke-9.

Kompleks Keraton Jogjakarta
Dedhong Kaca

Keputren merupakan tempat tinggal permaisuri dan selir raja. Di tempat yang memiliki tempat khusus untuk beribadat ini, pada zamannya tinggal para putri raja yang belum menikah dan tempat ini merupakan kawasan tertutup sejak pertama kali didirikan hingga sekarang. Kasatrian pada zamannya digunakan sebagai tinggal para putra raja yang belum menikah. Bangunan utama pada tempat ini yaitu pendopo Kesatrian, Gedong Pringgandani dan Gedong Srikaton. Di kawasan kesatriyan ini sekarang digunakan untuk penyelenggaraan event pariwisata. Dan diantara plataran Kedaton dengan Kesatrian dahulu merupakan istal kuda yang dikendarai oleh Sultan.

Kamagangan

Pada sisi selatan Komplek Kedaton terdapat regol yang bernaman Regol Kamagangan, yang menghubungkan kompleks Kedhaton dengan Kompleks Kamagangan. Gerbang ini begitu penting karena dinding penyekat sebelah utara terdapat patung dua ekor ular yang menggambarkan tahun berdirinya Keraton Yogyakarta, sedangkan di sisi selatannya pun terdapat dua ekor ular di kanan dan kiri gerbang yang menggambarkan tahun yang sama.

Dahulu Kompleks kamagangan ini digunakan untuk menerima para calon Pegawai Abdi Dalem magang, tempat berlatih dan ujian, serta apel kesetiaan para Abdi Dalem Magang. Bangsal Kamagangan yang berada di tengah halaman besar digunakan sebagai tempat upacara Bedhol Songsong, atau pertunjukan wayang kulit yang menandai selesainya seluruh prosesi ritual di Keraton. Sedangkan di sisi timur terdapat bangunan Pawon Ageng (dapur istana) Sekul Langen dan Pawon Ageng Kebulen. Nama tersebut mengacu pada jenis masakan nasi langi dan nasi kebuli sedangkan disebut Tenggara dan Barat Daya terdapat Panti Pareden. Tempat ini digunakan untuk membuat pareden/gunungan pada saat menjelang upacara Grrebeg. Sedangkan di sisi timur dan barat terdapat gapura yang masing-masing merupakan pintu ke Jalan Suryoputran dan Jalan Magangan.

Di sebelah selatan halaman besar terdapat sebuah Jalan yang menghubungkan kompleks Kemagangan dengan regol Gedhong Mlati. Dahulunnya di bagian pertengahan terdapat jembatan gantung yang melintasi kanal Taman Sari Yogyakarta yang menghubungkan dua danau buatan di barat dan timur Kompleks Taman Sari. Di sebelah barat tempat ini juga terdapat dermaga kecil yang digunakan oleh Sultan untuk naik perahu melintasi kanal apabila berkunjung ke Taman Sari Keraton.


Kamandungan Kidul

Pada ujung selatan jalan kecil di selatan kompleks kamagangan terdapat sebuah gerbang yaitu Regol Gadung melati yang menghubungkan kompleks kamagangan dengan Kompleks Kamandungan Kidul. Dinding penyekat pada gerbang ini memiliki ornamen yang sama dengan dinding penyekat gerbang Kamagangan. di komplek Kamandungan Kidul terdapat bangunan utama yang bernama Bangsal kemandungan. Bangsal-bangsal ini konon berasal dari kata Desa Pandak Karang Nangka di daerah Sukowati yang pernah menjadi tempat Sri Sultan Hamengkubuwono 1 bermarkas saat perang tahta III.  Sedangkan di sisi selatan kompleks Kamadhungan Kidul terdapat pintu gerbang yang di sebut Regol Kamandhungan yang menjadi pintu paling selatan dari kompleks cepuri. Di antara kompleks Kamandhungan kidul dan Siti Hinggil Kidul terdapat jalan yang di namakan dengan Pamekangan.

Siti Hinggil Kidul

Arti dari Siti Hinggil adalah tanah yang tinggi. Siti Hinggil Kidul sekarang nemiliki nama yang di kenal dengan Sasana Hinggil Dwi Abad. Kompleks ini terletak di sebelah utara Alun-alun Kidul. Luas tanah di Siti Hinggil Kidul ini mencapai -+500 meter persegi. Permukaan tanah pada bangunan disini ditinggikan 150 cm dari permukaan tanah di sekelilingnya. Di sisi timur, utara, barat dari komplek ini terdapat jalan kecil yang disebut dengan Jalan Pamengkang yang setiap harinya dilalui orang berlalu lalang. Dahulu di Siti Hinggil juga terdapat pendopo sederhana yang kemudian pada tahun 1956 dipugar menjadi sebuah gedung Sasana Hinggil Dwi Abad sebagai tanda peringatan kota Yogyakarta yang ke 200 tahun.

Pada zamannya Siti Hinggil Kidul digunakan oleh Sultan untuk menyaksikan para prajurit keraton yang sedang melakukan geladi bersih upacara Grebeg, tempat menyaksikan adu manusia dengan macan atau yang disebut Rampogan dan untuk berlatih para prajurit perempuan atau yang disebut dengan Langen Kusumo. Tempat ini juga menjadi prosesi awal perjalanan panjang Upacara Pemakaman Sultan yang mangkat dari Keraton ke pemakaman kerajaan di Imogiri. pada saat sekarang ini Siti Hinggil Kidul sering digunakan untuk pertunjukan umum seperti Pagelaran Seni khususnya wayang kulit pameran dan sebagainya.

Kompleks Belakang Keraton Yogyakarta


Kompleks Keraton Jogjakarta
Alun-alun Selatann Keraton Yogyakarta


Alun-alun Kidul
Alun-alun Kidul merupakan alun-alun di bagian kompleks paling Selatan Keraton Yogyakarta yang juga disebut dengan Pangkeran. Pangkalan sendiri berasal dari kata Pangker (bentuk krama) dari kata mburi (belakang). Hal ini disesuaikan dengan letak alun-alun yang berada di paling ujung belakang Keraton Yogyakarta. Alun-alun Kidul dikelilingi oleh tembok persegi yang memiliki 5 gapura, satu buah berada di sisi selatan serta di sisi timur dan barat masing-masing memiliki dua buah gapura. Di antara gapura utara dan selatan pada sisi barat terdapat Nggajahan, yaitu sebuah kandang untuk memelihara gajah milik Sultan. Alun-alun Kidul dikelilingi oleh tanaman pohon mangga, pohon Pakel dan kuini, sedangkan pohon beringin yang terdapat di alun-alun Kidul hanya terdapat dua pasang. Sepasang berada di tengah alun-alun yang dinamakan dengan Supit Urang dan sepasang lagi di kanan kiri gapura sisi selatan yang dinamakan dengan Wok. Gapuran sisi selatan adalah jalan Gading yang menghubungkan dengan Plengkung Nirbaya.

Plengkung Nirbaya

Kompleks Keraton Jogjakarta
Plengkung Nirbaya/Jalan Gading

Plengkung nirbaya merupakan ujung paling selatan poros utama dari Keraton dari tempat inilah Sultan Hamengkubuwono ke-1 masuk ke Keraton Yogyakarta pada saat perpindahan pusat pemerintahan dari Kedaton ke Ambarketawang. Gerbang ini secara tradisi Keraton digunakan sebagai rute keluar untuk prosesi panjang pemakaman Sultan menuju ke Imogiri. Dengan alasan inilah tempat ini kemudian menjadi tertutup bagi sultan yang sedang bertahta.


Nah itulah tadi kompleks-kompleks yang berada di dalam Keraton Yogyakarta. Apabila anda ingin berkunjung ke Keraton Jogjakarta yang eksotis ini, pastikan anda memiliki stamina yang cukup unruk berkeliling di dalam kompleks keraton.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kompleks Keraton Jogjakarta"

Post a Comment